Orang Tua Harus Tau !! Ini Cara Rasulullah Dalam Mendidik Anak
Keteladanan Rasulullah Muhammad SAW sebagai ayah begitu menginspirasi. Perilaku Nabi itu sangat kontras dengan tradisi bangsa Arab yang kaku dan keras. Nabi Muhammad menghadirkan suasana rumah dibalut kehangatan, pendidikan, kelembutan, dan cinta kasih. Sementara, orang Arab lebih mengedepankan karisma. Pada masa itu, dalam masyarakat Arab tidak biasa seorang lelaki menunjukkan kasih sayang secara terbuka kepada anak.
Ketika melihat Nabi mencium putra-putrinya, mereka sempat heran. Aqra' bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, "Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka." Nabi pun memandangnya dan berkata, "Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi." Tetapi, tidak berarti Rasulullah bersikap lunak menyangkut urusan agama. Usia dini bukan hambatan untuk mengenalkan agama pada anak.
Suatu hari, ketika Nabi sedang membagi-bagikan kurma sedekah, tiba-tiba Hasan mendekat lalu memungut sebutir kurma dan menyuapnya. Dengan cepat, Nabi menahan Hasan dan mengambil kurma dari kedua rahangnya. "Apa kamu tidak tahu kita ini ahlul bait yang tidak halal makan sedekah?" kata Nabi kepada bocah itu.
Ketegasan dan sikap adil itu juga muncul ketika memperlakukan putri tercintanya. "Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad melakukan pencurian, niscaya kupotong tangannya," ucap Nabi.
Pertautan Gadis kecil itu menangis terisak sambil membersihkan kotoran unta di bawah punggung ayahnya. Dikisahkan oleh Abdullah bin Masud, ketika itu Nabi tengah shalat di dekat Ka'bah. Abu Jahal dan rekan-rekannya duduk di sana.
Salah satu dari mereka berkata, "Siapa di antara kalian yang mau mengambil kotoran hewan sembelihan milik Bani Fulan untuk diletakkan di punggung Muhammad SAW saat sujud?" Uqbah bin Abu Mu'ith, orang paling celaka di antara mereka, bangkit untuk melakukan usulan tersebut. Ia kembali membawa kotoran hewan dan menunggu. Ketika Rasulullah sujud, dia letakkan kotoran itu di pundak beliau. Kaum Quraisy tertawa terbahak-bahak melihatnya.
Adalah Fatimah az- Zahra, putri kecil Muhammad, yang menangis mengetahui peristiwa itu. Ia hampiri sang ayah dan membuang kotoran dari punggung beliau. Setelah itu, barulah Rasulullah bangun dari sujud. Kedewasaan dan rasa sayang Fatimah pada Rasulullah membuatnya dijuluki `Ummu Abiha'.
Setelah kepergian Khadijah, Fatimah juga yang membantu melakukan pekerjaan di rumah Rasulullah, mengurus sang ayah, dan mencurahkan segenap kasih sayang pada beliau. Peristiwa itu sekaligus menunjukkan eratnya pertautan antara seorang anak dan ayah. Ayah yang bersikap dingin mungkin akan mendapatkan rasa segan, tapi belum tentu rasa segan itu terlahir dari kasih sayang anak-anaknya. Sikap anak pada orang tua tak lain cerminan dari sikap kita kepada orang tua kita selama ini.
CAR,HOME DESIGN,HEALTH, LIFEINSURANCE,TAXES,INVESTING,BONDS,ONLINETRADING,
Ketika melihat Nabi mencium putra-putrinya, mereka sempat heran. Aqra' bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, "Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka." Nabi pun memandangnya dan berkata, "Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi." Tetapi, tidak berarti Rasulullah bersikap lunak menyangkut urusan agama. Usia dini bukan hambatan untuk mengenalkan agama pada anak.
Suatu hari, ketika Nabi sedang membagi-bagikan kurma sedekah, tiba-tiba Hasan mendekat lalu memungut sebutir kurma dan menyuapnya. Dengan cepat, Nabi menahan Hasan dan mengambil kurma dari kedua rahangnya. "Apa kamu tidak tahu kita ini ahlul bait yang tidak halal makan sedekah?" kata Nabi kepada bocah itu.
Ketegasan dan sikap adil itu juga muncul ketika memperlakukan putri tercintanya. "Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad melakukan pencurian, niscaya kupotong tangannya," ucap Nabi.
Pertautan Gadis kecil itu menangis terisak sambil membersihkan kotoran unta di bawah punggung ayahnya. Dikisahkan oleh Abdullah bin Masud, ketika itu Nabi tengah shalat di dekat Ka'bah. Abu Jahal dan rekan-rekannya duduk di sana.
Salah satu dari mereka berkata, "Siapa di antara kalian yang mau mengambil kotoran hewan sembelihan milik Bani Fulan untuk diletakkan di punggung Muhammad SAW saat sujud?" Uqbah bin Abu Mu'ith, orang paling celaka di antara mereka, bangkit untuk melakukan usulan tersebut. Ia kembali membawa kotoran hewan dan menunggu. Ketika Rasulullah sujud, dia letakkan kotoran itu di pundak beliau. Kaum Quraisy tertawa terbahak-bahak melihatnya.
Adalah Fatimah az- Zahra, putri kecil Muhammad, yang menangis mengetahui peristiwa itu. Ia hampiri sang ayah dan membuang kotoran dari punggung beliau. Setelah itu, barulah Rasulullah bangun dari sujud. Kedewasaan dan rasa sayang Fatimah pada Rasulullah membuatnya dijuluki `Ummu Abiha'.
Setelah kepergian Khadijah, Fatimah juga yang membantu melakukan pekerjaan di rumah Rasulullah, mengurus sang ayah, dan mencurahkan segenap kasih sayang pada beliau. Peristiwa itu sekaligus menunjukkan eratnya pertautan antara seorang anak dan ayah. Ayah yang bersikap dingin mungkin akan mendapatkan rasa segan, tapi belum tentu rasa segan itu terlahir dari kasih sayang anak-anaknya. Sikap anak pada orang tua tak lain cerminan dari sikap kita kepada orang tua kita selama ini.
CAR,HOME DESIGN,HEALTH, LIFEINSURANCE,TAXES,INVESTING,BONDS,ONLINETRADING,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar